Usaha Klangsah tetap Bergairah

29 Desember 2024
Admin
Dibaca 20 Kali
Usaha Klangsah tetap Bergairah

Perkembangan teknologi boleh saja berkembang dengan produk yang merangsang. Namun tidak sedikit warga yang masih melirik karya tradisional dengan nilai estetika yang cukup tinggi. Kelangsah salah satu contohnya. 
Dari sejak jaman nenek moyang kita dulu sampai era serba mesin, kelangsah masih banyak dilirik warga. 
Salah seorang perajin kelangsah Made Senter warga Banjar Parekan, Sibanggede ditemui ditempat kerjanya dibilangan  Belumbungan belum lama ini mengaku,  dirinya sudah cukup lama menekuni usaha pembuatan kelangsah dan sampai saat ini masih bisa bertahan.
Boleh dibilang sosok Senter satu-satunya perintis perajin kelangsah di Desa Sibanggede.
" Ya syukur sudah belasan tahun tiyang tekuni usaha ini masih bisa bertahan karena ada saja warga yang membeli kelangsah untuk kelengkapan upacara terutama untuk atap,  " ujarnya.
Bahkan untuk membuat kelangsah dirinya dibantu oleh beberapa tenaga kerja yang masih kerabat dekat.
" Ada orang-orang yang sudah berumur, ibu rumah tangga  dan ada juga anak-anak sekolah,"papar dia.
Disinggung kebutuhan akan kelangsah, pria paruh baya ini mengaku, lebih banyak warga yang punya hajatan upacara adat.
" Yang membeli kelangsah kebanyakan warga yang menggelar upacara adat seperti karya dipura, orang nikah dan kadang pelaku jasa dekorasi," ungkapnya.
Ada beberapa jenis kelangsah yang ditawarkan yakni jenis kelabang mantri dan kelangsah jenis dangap- dangap untuk atap dan kelangsah untuk hiasan ( dekorasi ).
" Selama ini jenis itu yang dicari pembeli," ungkapnya.
Disinggung harga kelangsah, dia mengaku tergantung jenisnya. Kelabang mantri dijual seharga Rp 20.000per biji. Model dangap-dangap( atap ) terjual dengan harga  bervariasi antara Rp 60.000 sampai Rp.70.000 untuk satu ikat isi 10 bidang kelangsah.  
Dalam sebulan dia mengaku bisa menjual kelangsah dalam jumlah yang tidak menentu. 

Sementara bahan baku berupa pelapah kelapa selama ini didatangkan dari Jembrana dan luar Bali khususnya Banyuwangi.
" Sekarang saya dan teman-teman disini masih menggandalkan pasokan bahan baku dari Jembrana. Kalau dari luar Bali kami tidak sanggup karena harganya lebih mahal,"ungkapnya.
Hal senada diungkapkan pebisnis kelangsah lainya Wayan Sena Parwata. 
Bisnis yang satu ini tetap eksis. Hanya saja permintaan sangat tergantung duasa bagus di Bali. 
" Kalau ada duasa bagus banyak yang menggelar karya dipura atau dimerajan dan orang nikah," ujarnya.
Disinggung kendala yang dihadapi perajin kelangsah, Sena mengaku kehabisan stok bahan baku karena pelapah kelapa  tidak tahan lama.
" Seperti saat ini pas musim hujan pasokan bahan baku agak telat," paparnya.
Ditanya darimana saja pembeli, baik Made Senter maupun Wayan Sena mengaku dari beberapa desa di Badung sendiri, Gianyar dan Tabanan serta Kota Denpasar. *KIM-yancan.